SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA

Pada abad ke 20 ketika penderitaan dalam perekonomian dan sosial memuncak karena dampak kapitalisme muncul lah koperasi. Koperasi tersebut didirikan oleh sekelompok rakyat biasa yang ingin bangkit dari keterpurukan mereka demi menolong diri sendiri dan orang lain. 

Pada tahun 1896, Patih R.Aria Wiria Atmaja mendirikan sebuah bank untuk para priyayi di Purwokerto. Ia ingin menolong para pegawai agar tidak lagi terjebak atau terjerat hutang pada lintah darat yang malah akan menambah kesengsaraan dan penderitaan mereka, karena mereka meminjam uang dan harus mengembalikannya beserta dengan bunga yang tinggi. Kemudian misi patih dilanjutkan oleh De Wolffvan yang menganjurkan Bank Pertolongan Tabungan diunah menjadi Bank Pertolongan Tabungan dan Pertanian sehingga tidak hanya para pegawai saja yang terbantu tapi para petani juga dapat terbantu. Disamping itu dia juga mendirikan lumbung lumbung desa yang digunakan oleh para petani untuk menyimpan hasil panen. Ia pun berusaha menjadikan lumbung lumbung padi tersebut menjadi koperasi kredit padi.

Melihat perkembangan koperasi yang pesat, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan perundang undangan tentang koperasi yaitu peraturan perkumpulan koperasi :

• No 43, Tahun 1915
• No 91, Tahun 1927
• No 21, Tahun 1933

Pada tahun 1908 didirikanlah Budi Utomo oleh Dr. Sutomo. Organisasi ini memberikan peranan bagi gerakan koperasi. Lalu pada tahun 1927 didirikanlah Serikat Dagang Islam yang memiliki tujuan untuk memperjuangkan perekonomian rakyat pribumi dan pada tahun 1929 berdirilah Partai Nasional Indonesia yang memperluas semangat koperasi.

Pada tahun 1933 dikeluarkannya UU No. 431 yang menimbulkan kematian usaha koperasi yang ada. Setelah Indonesia merdeka, pada 12 Juli 1947 diadakan kongres koperasi pertama di Tasikmalaya beserta pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat (SOKRI) dan sampai saat ini tanggal 12 Juli dikenal sebagai Hari Koperasi Indonesia.