Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir
atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan
dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang
ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.
Contoh
Penderitaan :
Penderitaan rakyat Indonesia yang tak pernah lepas
dari kemiskinan.
Penderitaan seorang anak yatim piatu yang tinggal di
jalanan.
Penderitaan rakyat Afrika yang busung lapar.
Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa
Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk
menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan
penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan
terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme,
pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau
tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat
digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan
kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang
sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah
agama atau cuci otak politik.
Phobia
phobia merupakan suatu rasa takut
yang sangat berlebihan terhadap hal apapun. dan ketakutan yang besar ini dapat
membuat seseorang mengalami siksaan batin.
Tiga Siksaan Bersifat Psikis
Kebimbangan
Kesepian
Ketakutan
Penyebab
Ketakutan
Pada
dasarnya pada diri manusia sudah tertanam sifat takut tetapi insentitas dari
rasa takut itu sendiri berbeda-beda setiap individu. Biasanya penyebab
ketakutan itu didasari oleh kenangan masa kecil atau kenangan yang kurang baik.
Contohnya takut terhadap benda-benda atau binatang , ini disebabkan kemungkinan
besar pada waktu kecil sering di takut-takuti oleh benda atau binatang tersebut
sehingga ini menyebabkan phobia terhadap benda atau binatang.
Kekalutan
Mental
Pengertian
kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami
kekacauan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat
mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan
mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan
mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan
mental menjadi tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami
kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari
orang-orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan
teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar
orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.
Gejala
permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing,
sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan,
patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahapan-tahapan
gangguan jiwa adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani
maupun rohaninya.
2. Usaha
mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari,
sehingga cara bertahan dirinya salah, pada orang yang tidak menderita
gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan
problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya.
3. Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan.
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai
berikut
:
1.
Kepribadian yang lemah
2.
Terjadinya konflik sosial budaya
3. Cara
pematangan batin
Proses-proses Kekalutan Mental
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negative. Posotf; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk fustasi antara lain :
Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi Hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan
Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain
Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain
Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negative. Posotf; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk fustasi antara lain :
Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi Hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan
Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain
Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain
Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan
dan Perjuangan
Manusia
adalah makhluk yang berbudaya, dengan berbudaya itu dia bisa mengatsi
penderitaan secara semaksimal mungkin. Bahkan menghindari atau menghilangkan
sama sekali.
Penderitaan dikatakan sebgai kodrat manusia yang mana sudah menjadi konsekuensi manusi hidup, bahwa manusia dilahirkan bukan cuma untuk hidup bahagia melainkan juga untuk menderita.
Penderitaan dikatakan sebgai kodrat manusia yang mana sudah menjadi konsekuensi manusi hidup, bahwa manusia dilahirkan bukan cuma untuk hidup bahagia melainkan juga untuk menderita.
Perjuangan
yaitu usaha yang dilakukan untuk pembebasan dari penderitaan yang dialami. Dan
perjuangan itupun harus dibarengi dengan do’a dan tawakal. karena itu manusia
tidak boleh pesimis yang mengagp hidupnya sangat menderita.
.
Penderitaan dan
Sebab-Sebabnya
a.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Tidak ada sebab yang pasti dalam hal ini penderitaan sesama antara manusia dapat dikatakan sebagai suatu kesialan atau nasib buruk yang dialami oleh sesorang tersebut.
Tidak ada sebab yang pasti dalam hal ini penderitaan sesama antara manusia dapat dikatakan sebagai suatu kesialan atau nasib buruk yang dialami oleh sesorang tersebut.
b.
Penderitaan yang timbul karena penyakit atau azab
Penderitaan ini bisa terjadi mungkin sesorang mendapatkan karma atau pembalasan atas perlakuan buruk yang dulu pernah dia perbuat.
Penderitaan ini bisa terjadi mungkin sesorang mendapatkan karma atau pembalasan atas perlakuan buruk yang dulu pernah dia perbuat.
PENGARUH PENDERITAAN
Banyak pengaruh yang
akan dirasakna oleh orang yang mengalami penderitaan diantaranya adlah sifat
positif dan negatif.
Positif : sikap optimis
mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup buka rangkaian penderitaan namun hidup
merupakan perjuangan untuk lepas dari penderitaan.
negatif : Terkadang
seseorang bisa menjadi depresi atau lebih buruk lagi menjadi gila karena banyak
tekanan yang yang hrus tanggung oleh batin dan hatinya.
CONTOH
PENDERITAAN
Terpuruknya Hidup
Terpuruknya hidup manusia, sekurang-kurangnya tampak dari keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 114 persen. Investor asing dan lembaga-lembaga internasional memuji langkah berani pemerintah. Para kreditor mengamini karena mereka merasa lebih nyaman jika APBN lebih banyak dialokasikan untuk pembayaran bunga dan cicilan utang.
Ekonom Faisal Bisri (NU Online, 2/12/2005) mengatakan memang di awal kenaikan harga, laju inflasi tahun 2005 tertahan sekitar 10 persen. Tetapi beberapa hari kemudian dikoreksi menjadi kira-kira 12 persen, selanjutnya kembali dikoreksi menjadi 14 persen. Terbukti bahwa pemerintah salah langkah, jelas keliru dan menyederhanakan masalah.
Kompensasi dari kenaikan BBM tersebut, pemerintah mengucurkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi setiap keluarga miskin sebesar Rp 100.000 per bulan yang dibayarkan di muka sekaligus untuk tiga bulan. Dengan BLT ini pemerintah sangat yakin bisa menekan jumlah orang miskin. Keputusan tersebut sungguh suatu perhitungan yang teramat matematik-statik yang seolah-olah menempatkan hidup 220 juta penduduk Indonesia bagaikan mesin tanpa badan dan jiwa di dalam laboratorium terisolasi.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga BBM pada 1 Oktober lalu berdampak seketika terhadap peningkatan pengangguran terbuka sebanyak 426.000 pekerja. Jajaran penganggur ini niscaya akan terus bertambah panjang dalam setahun ke depan karena gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terus berlanjut setelah Tahun Baru nanti. Dampak kenaikan harga BBM kali ini lebih berat dirasakan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan bersifat seketika. Padahal, UKM inilah yang menjadi penyerap tenaga kerja terbesar.
Nasib kehidupan petani pun masih memprihatinkan. Kemiskinan di Indonesia mencapai sekitar 30 persen, padahal penduduk Indonesia 65 persen petani. Kemiskinan tersebut dikarenakan menyempitnya lahan petani. Hasil pertanian di Indoensia pun sekarang ini masih belum bisa mandiri. Hal itu ditunjukkan dengan setiap tahun masih impor beras, impor daging, kedelai, ternak sapi, bahkan juga masih impor garam.
Teolog Juergen Moltman (Future Theology: 1979) melihat ada arus kuat yang sangat mengancam hidup manusia. Di masa sekarang, kekuatan pasar menguasai hidup manusia di seluruh dunia. Hidup dan kehidupan menjadi korban akibat dari proses globalisasi, yang dikuasai oleh kekuatan pasar. Efek buruk dari kekuasaan yang lalim, feodalis dan otoriter itu ialah ketidakadilan dan kekerasan yang menghancurkan hidup manusia dan alam semesta. Dimensi ketidakadilan sangat terintegrasi dengan proses globalisasi. Industri modern Barat dan raksasa korporasinya dengan karakter transnasional dan bersimbiosis dengan kekuatan politik (yang disebut sebagai kompleks indsutri) telah menciptakan orde global dan proses kolonialisme dan kolonialisme baru yang dinamai modernisasi atau Westrenisasi. Inilah yang merusak lingkungan hidup dan memanipulasi proses alami hidup.
Globalisasi geo-politik dengan kekuatan sibernetika dan teknetronika melancarkan proses ketidakadilan budaya, ketertinggalan budaya dan kekacauan budaya yang merusak hidup komunitas manusia dan alam semesta. Globalisasi geo-politik dengan kedua kekuatan yang disebut sebagai bentuk modal global merusak tak hanya di level teori dan kebijakan, tetapi juga merusak dalam arti mengorbankan hidup dan komunitas kosmos.
Realitas penderitaan manusia di negara-negara dunia ketiga merupakan akibat dari kondisi obyektif hidup dalam era globalisasi, yang pada saat yang sama terwujud ketiadaan pembaharuan iman sebagai kondisi subyektif bagi hidup. Pada masa sekarang, hal ini dipandang sebagai efek optimisme kapitalisme global dan kekeliruan kebijakan sosial ekonomi yang hanya mengakibatkan manusia menderita secara masif tanpa sedikitpun pengharapan. Perjuangan manusia dalam memperbaiki kesejahteraannya berarti perjuangan berhadapan dengan ilmu sosial liberal dan teknokrasi modern, di mana yang berkuasa ialah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kekuatan dasar dari industri geo-politik ialah kekuatan industri Barat. Industri dan geo-politik modern memiliki cirri khas: ekspansi Barat ke masyarakat sipil non-Barat. Dalam situasi pasca kolonial, penetrasi kolonial baru ialah modernisasi Barat menekan masyarakat pra modern. Modal negara Barat dan pasar mereka menguasai negara miskin yang terintegrasi dalam proses industri dan geo-politik modern.
Moltman menyebut situasi itu sebagai memprihatinkan hidup manusia, sekaligus sangat bahaya. Status sosial dicabik-cabik hingga mengakibatkan kesenjangan akibat globlalisasi. Politik serta keputusan pemerintah ditentukan begitu saja demi kepentingan praktis ekonomi. Terjadi kesenjangan tajam di antara manusia yang masing-masing berjuang keras untuk sekedar bertahan hidup.
Di dalam tataran global, globalisasi sedemikain itulah yang menyebabkan angka kemiskinan tak pernah turun, tiap hari terjadi kematian yang sia-sia, 25.000 orang anak mati setiap hari karena kelaparan dan kekurangan gizi. Globalisasi secara tak sadar telah meniadakan solidaritas di antara sesama manusia. Demikianlah, jika hidup manusia dihargai sekedar menurut nilai potensial pasar, sehingga penganggur, mereka yang tak berpendidikan, petani, orang sakit dan orang miskin dipandang tidak memiliki nilai apapun. Globalisasi telah menciptakan kesenjangan. Konsekuensinya, mereka yang kaya menarik diri dalam komunitas tertutup dan membuat pemisahan dengan orang miskin. Dengan demikian, ide demokrasi tentang persamaan derajat tak akan pernah sesuai dengan sistem ekonomi yang selalu memperlebar jarak kesenjangan social
Kekerasan dan premanisme meningkat seiring dengan kemiskinan dalam keluarga dan kaum muda yang kehilangan harapan. Frustasi menghadapi persoalan hidup telah membawa seseorang menolak hidup dan mengabaikan nilai hidup. Situasi ini menjadi parah ketika agama memberikan pembenaran. Padahal semua agama seturut essensi ajarannya justru untuk mencintai hidup dan menghormati kehidupan.
Atau mungkin contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari adalah penderitaan-penderitaan yang dialami oleh kaum minoritas (kalangan bawah). Mereka bekerja keras seharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun terkadang tak sedikit dari mereka yang masih merasakan kekurangan bahkan sangat amat kurang untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Terpuruknya hidup manusia, sekurang-kurangnya tampak dari keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 114 persen. Investor asing dan lembaga-lembaga internasional memuji langkah berani pemerintah. Para kreditor mengamini karena mereka merasa lebih nyaman jika APBN lebih banyak dialokasikan untuk pembayaran bunga dan cicilan utang.
Ekonom Faisal Bisri (NU Online, 2/12/2005) mengatakan memang di awal kenaikan harga, laju inflasi tahun 2005 tertahan sekitar 10 persen. Tetapi beberapa hari kemudian dikoreksi menjadi kira-kira 12 persen, selanjutnya kembali dikoreksi menjadi 14 persen. Terbukti bahwa pemerintah salah langkah, jelas keliru dan menyederhanakan masalah.
Kompensasi dari kenaikan BBM tersebut, pemerintah mengucurkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi setiap keluarga miskin sebesar Rp 100.000 per bulan yang dibayarkan di muka sekaligus untuk tiga bulan. Dengan BLT ini pemerintah sangat yakin bisa menekan jumlah orang miskin. Keputusan tersebut sungguh suatu perhitungan yang teramat matematik-statik yang seolah-olah menempatkan hidup 220 juta penduduk Indonesia bagaikan mesin tanpa badan dan jiwa di dalam laboratorium terisolasi.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga BBM pada 1 Oktober lalu berdampak seketika terhadap peningkatan pengangguran terbuka sebanyak 426.000 pekerja. Jajaran penganggur ini niscaya akan terus bertambah panjang dalam setahun ke depan karena gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terus berlanjut setelah Tahun Baru nanti. Dampak kenaikan harga BBM kali ini lebih berat dirasakan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan bersifat seketika. Padahal, UKM inilah yang menjadi penyerap tenaga kerja terbesar.
Nasib kehidupan petani pun masih memprihatinkan. Kemiskinan di Indonesia mencapai sekitar 30 persen, padahal penduduk Indonesia 65 persen petani. Kemiskinan tersebut dikarenakan menyempitnya lahan petani. Hasil pertanian di Indoensia pun sekarang ini masih belum bisa mandiri. Hal itu ditunjukkan dengan setiap tahun masih impor beras, impor daging, kedelai, ternak sapi, bahkan juga masih impor garam.
Teolog Juergen Moltman (Future Theology: 1979) melihat ada arus kuat yang sangat mengancam hidup manusia. Di masa sekarang, kekuatan pasar menguasai hidup manusia di seluruh dunia. Hidup dan kehidupan menjadi korban akibat dari proses globalisasi, yang dikuasai oleh kekuatan pasar. Efek buruk dari kekuasaan yang lalim, feodalis dan otoriter itu ialah ketidakadilan dan kekerasan yang menghancurkan hidup manusia dan alam semesta. Dimensi ketidakadilan sangat terintegrasi dengan proses globalisasi. Industri modern Barat dan raksasa korporasinya dengan karakter transnasional dan bersimbiosis dengan kekuatan politik (yang disebut sebagai kompleks indsutri) telah menciptakan orde global dan proses kolonialisme dan kolonialisme baru yang dinamai modernisasi atau Westrenisasi. Inilah yang merusak lingkungan hidup dan memanipulasi proses alami hidup.
Globalisasi geo-politik dengan kekuatan sibernetika dan teknetronika melancarkan proses ketidakadilan budaya, ketertinggalan budaya dan kekacauan budaya yang merusak hidup komunitas manusia dan alam semesta. Globalisasi geo-politik dengan kedua kekuatan yang disebut sebagai bentuk modal global merusak tak hanya di level teori dan kebijakan, tetapi juga merusak dalam arti mengorbankan hidup dan komunitas kosmos.
Realitas penderitaan manusia di negara-negara dunia ketiga merupakan akibat dari kondisi obyektif hidup dalam era globalisasi, yang pada saat yang sama terwujud ketiadaan pembaharuan iman sebagai kondisi subyektif bagi hidup. Pada masa sekarang, hal ini dipandang sebagai efek optimisme kapitalisme global dan kekeliruan kebijakan sosial ekonomi yang hanya mengakibatkan manusia menderita secara masif tanpa sedikitpun pengharapan. Perjuangan manusia dalam memperbaiki kesejahteraannya berarti perjuangan berhadapan dengan ilmu sosial liberal dan teknokrasi modern, di mana yang berkuasa ialah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kekuatan dasar dari industri geo-politik ialah kekuatan industri Barat. Industri dan geo-politik modern memiliki cirri khas: ekspansi Barat ke masyarakat sipil non-Barat. Dalam situasi pasca kolonial, penetrasi kolonial baru ialah modernisasi Barat menekan masyarakat pra modern. Modal negara Barat dan pasar mereka menguasai negara miskin yang terintegrasi dalam proses industri dan geo-politik modern.
Moltman menyebut situasi itu sebagai memprihatinkan hidup manusia, sekaligus sangat bahaya. Status sosial dicabik-cabik hingga mengakibatkan kesenjangan akibat globlalisasi. Politik serta keputusan pemerintah ditentukan begitu saja demi kepentingan praktis ekonomi. Terjadi kesenjangan tajam di antara manusia yang masing-masing berjuang keras untuk sekedar bertahan hidup.
Di dalam tataran global, globalisasi sedemikain itulah yang menyebabkan angka kemiskinan tak pernah turun, tiap hari terjadi kematian yang sia-sia, 25.000 orang anak mati setiap hari karena kelaparan dan kekurangan gizi. Globalisasi secara tak sadar telah meniadakan solidaritas di antara sesama manusia. Demikianlah, jika hidup manusia dihargai sekedar menurut nilai potensial pasar, sehingga penganggur, mereka yang tak berpendidikan, petani, orang sakit dan orang miskin dipandang tidak memiliki nilai apapun. Globalisasi telah menciptakan kesenjangan. Konsekuensinya, mereka yang kaya menarik diri dalam komunitas tertutup dan membuat pemisahan dengan orang miskin. Dengan demikian, ide demokrasi tentang persamaan derajat tak akan pernah sesuai dengan sistem ekonomi yang selalu memperlebar jarak kesenjangan social
Kekerasan dan premanisme meningkat seiring dengan kemiskinan dalam keluarga dan kaum muda yang kehilangan harapan. Frustasi menghadapi persoalan hidup telah membawa seseorang menolak hidup dan mengabaikan nilai hidup. Situasi ini menjadi parah ketika agama memberikan pembenaran. Padahal semua agama seturut essensi ajarannya justru untuk mencintai hidup dan menghormati kehidupan.
Atau mungkin contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari adalah penderitaan-penderitaan yang dialami oleh kaum minoritas (kalangan bawah). Mereka bekerja keras seharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun terkadang tak sedikit dari mereka yang masih merasakan kekurangan bahkan sangat amat kurang untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dari
semua paparan diatas maka dapat kita lihat bahwa penderitaan itu selalu
melengkapi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang manusia. Karena seperti
apa yang saya bilang tadi, menurut saya tiada satupun manusia di dunia ini yang
hidup tanpa penderitaan. se-kaya atau se-miskin apapun mereka, pasti ada saja
suatu hal atau masalah yang mambuatnya menjadi menderita.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar